Bank Sampah Sukamaju Sejahtera, semoga selalu sejahtera

Menjadi manusia yang hebat bukan hanya tentang banyaknya orang yang mengenal kita, banyaknya harta yang dikumpulkan, bukan pula tentang hak paten yang dimiliki. Manusia yang hebat sebenarnya berawal dari ketulusan hati untuk membantu sesama manusia, sehingga Allah menaikan derajatnya di hadapan para manusia. Hari ini aku mempelajari banyak hal dari sosok yang kutemui hari ini, Pak Toni, Ketua RW 06 Kampung Sukamaju, Padalarang.

Bersama Naufal dan Donny (walau hanya melalui google meet), kami menemui Pak Toni di kediamannya. Cukup jauh dari jalan raya, sampai-sampai mobil Ummu Naufal tidak masuk ke dalam gang kampung tersebut. Sebelum menemui beliau, aku sudah melakukan beberapa penelusuran tentang beliau. Pak Toni bukan ketua RW biasa, beliau adalah ketua Bank Sampah Sukamaju Sejahtera. Bank sampah ini telah berdiri selama 6 tahun. Jika kamu mencari bank sampah ini di google, kamu akan menemukan banyak artikel tentang beliau dan bank sampahnya. Hal-hal inilah yang membuatku semakin penasaran. Ketika hampir sampai di tujuan, kami sempat bertanya kepada seorang bapak tentang letak bank sampah. Kemudian bapak tersebut menunjukkan untuk membuka gerbang rumah yang ia sebut "Bale RW". Ketika kami sampai, kami disambut oleh seorang anak gadis--mungkin anak beliau--yang kemudian mempersilakan kami untuk masuk. Kami ditunjukkan untuk ke halaman belakang rumah tersebut, bertemu dengan seorang bapak lagi. Beliau mengatakan bahwa Pak Toni berada di bengkel.

Kami menemui Pak Toni ketika beliau hendak menemui kami. Beliau memastikan bahwa aku adalah mahasiswa ITB yang mengontak beliau. Aku pun mengiyakan dan beliau mengajak kami ke bengkel tempat bank sampahnya beroperasi. Beliau pun memulai penjelasannya,
"Ini tempat bank sampah kami. Tidak seperti gambar yang di pajang ya, tempat ini berantakan oleh sampah yang akan di olah. kami biasanya mengolah dari pagi hingga malam, tapi pagi ini belum mulai lagi"
Kemudian beliau memperlihatkan mesin-mesin pengolah sampah yang beliau punya, beliau telah memiliki shredder dan extruder. Shredder dibuat sendiri oleh beliau dengan bahan-bahan rongsok yang masih digunakan kembali dan dengan kemampuan mengelas yang beliau miliki. Mesin extruder yang beliau miliki adalah pemberian dari DLH tahun 2017. Nahasnya, extruder yang beliau miliki sekarang sudah berdebu, tidak bisa digunakan lagi. Naufal bertanya, tapi pasti dia sebenarnya sudah menduga jawabannya,
"Mesin ini butuh listrik 3 fase, sedangkan disini listriknya cuma 1 fase. Jadinya mesinnya tidak panas-panas." 
Ternyata masih sama dengan masalah bank sampah yang kami kunjungi sebelumnya. Mungkin memang seperti itu masalahnya di industri rumah tangga. Karena sebab itulah, beliau mengerjakan paving blok dan pelelehan plastik dengan cara manual. Plastik-plastik yang tidak menjual seperti sampah sachet dan kemasan makanan beliau cacah kemudian di"goreng" diatas katel dengan menggunakan oli sebagai "minyak" untuk melelehkan plastik-plastik tersebut. Hal tersebut merupakan cara mengolah plastik untuk  menjadi paving blok. Untuk mengolah plastik menjadi lempengan-lempengan, beliau menggunkan oven istrinya untuk melelehkan plastik. nampaknya lempengan-lempengan itu terbuat dari sampah tutup botol. Beliau pun menceritakan bahwa pada awalnya istrinya marah karena peralatan dapurnya digunakan untuk "memasak sampah". Namun amarah istrinya reda karena dengan hasil penjualan hasil olahan tersebut, beliau dapat menggantikan peralatan dapur istrinya itu. Beliau cengegesan, mungkin terbayang senyuman istrinya.

Pak Toni menjelaskan bahwa hasil olahan dan bank sampah tidak ia ambil sebagai keuntungan pribadi. Hasil bank sampah benar-benar didedikasikan untuk para nasabahnya, keuntungan hasil olahan sampah hanya untuk para karang taruna yang bekerja. Beliau tidak mengambil sepeserpun dari kegiatan persampahan. Beliau hanya mau menerima uang dari hasil pekerjaan las beliau. Aku terheran-heran akan ketulusan bapak ini, bagaimana ia kuat untuk tidak mengambil keuntungan yang tepat berada di depan matanya. Kemudian aku bertanya,
"Sebenarnya apa yang membuat Bapak ingin melakukan semua ini?", beliau pun menjawab,
"Panggilan jiwa"
Beliau merasa bahwa iuran sampah memberatkan masyarakat. Iuran sampah per-RW sebesar Rp2.500.000 perminggunya adalah sebuah beban berat bagi warganya. Apalagi jika TPA dipindahkan ke Legok Nangka, pasti dana yang dibutuhkan semakin banyak. Selain itu, kesadaran masyarakat akan lingkungan masih rendah, banyak yang membuang sampah ke solokan. Beliau pun tergerak untuk mengolah sampah RW 06 secara mandiri agar dapat meringankan beban iuran sampah warga dan mengedukasi warga. Beliau merelakan bengkel lasnya dijadikan tempat mengumpulkan dan mengolah sampah. Beliau ajak karang taruna yang mau bekerja untuk mengerjakan pekerjaan pengolahan sampah. Usahanya pun berhasil, beliau bisa membuka lapangan kerja untuk pengangguran disana, gaji pengangkut sampah bertambah seratus kali lipat. Warga pun dapat lebih peduli dengan lingkungan,
"Kalau ada sampah yang jatuh, udah gausah dimarahin, suruh ambil sampahnya. Ibu-ibu pasti langsung memungut sampah itu dengan niat untuk menyetorkan sampah itu ke bank sampah ini."

Sedikit keluar konteks pengolahan sampah, aku terkagum akan semangat beliau mengajak warga untuk melakukan bersih-bersih di lingkungan RW yang ia pimpin. Daripada melakukan program Jumsih (Jumat bersih), beliau lebih memilih memberlakukan program Asih (Ahad bersih). Menurut beliau, jika kegiatan kebersihan dilakukan di hari Jumat, waktunya terbatas karena harus bersiap-siap melakukan sholat Jum'at. Namun jika kegiatan kebersihan dilakukan di hari Ahad (minggu), kegiatan kebersihan akan lebih leluasa. Selain itu, beliau memiliki program peduli lingkungan lain yang sensasional: Pelakor dan selingkuh. Mendengar namanya, orang-orang, termasuk aku, langsung penasaran apa maksudnya. Pelakor adalah singkatan dari pembersihan lahan kotor. Dan selingkuh.. ah aku lupa singkatan dari apa! Tapi hal-hal tersebut membuatku tertawa, tidak habis pikir akan kekreatifan beliau dalam mengajak warganya untuk peduli dengan kebersihan.

Kembali ke bahasan bank sampah, Aku mengatakan pada beliau bahwa aku melihat karya-karya bank sampah ini di facebook, banyak pula artikel yang menuliskan tentang Pak Toni dan Bank Sampah Sukamaju Sejahtera. Beliau hanya tertawa mendengar celotehanku itu, beliau menambahkan bahwa ada beberapa TV juga yang melakukan kunjungan ke Bank Sampahnya. Bahkan pihak pemerintahan juga sudah banyak mengajak beliau berdiskusi. Namun nihil, tidak ada manfaatnya sama sekali untuk keberjalanan bank sampah beliau. Beliau pun menceritakan bahwa RW sebelah mendapatkan bantuan shredder (padahal tidak digunakan sama sekali!), bank sampah "spanduk" yang mendapat dana CSR, pemerintah yang bisu dan tuli terhadap kebutuhan pengolahan yang beliau lakukan.
"Mereka bilang mereka mencari solusi, padahal solusi itu banyak, mereka saja yang tidak mau mendukung! bukan tidak ada anggaran, tapi mereka yang tidak menganggarkan!", Beliau mengatakan kalimat tersebut dengan berapi-api. Namun beliau dapat mengendalikan dirinya kembali. Banyak kesempatan pendanaan yang tidak beliau dapatkan, padahal kerja keras dan ketulusan beliau dalam mengolah sampah sangat menyentuh nuraniku--entahlah mengapa orang-orang itu tidak tersentuh. Mungkin Allah telah menyiapkan hal yang lebih baik untuk beliau dan bank sampahnya.
"Ketika orang-orang itu mendapat keuntungan, saya tetap menjadi lilin: menerangi sekitar namun membakar diri sendiri"
Udara di bengkel semakin terasa panas. Keringatku mulai mengucur deras, aku tak tahu apakah Naufal juga merasakan hal yang sama. Kami pun bergeming, sepertinya memang tidak ada lagi yang harus diobrolkan di dalam bengkel ini. Aku pun mengatakan bahwa kami sudah cukup melihat mesin dan cara kerjanya, sekarang aku ingin melihat produknya. Kemudian Pak Toni mengajak kami untuk keluar dari bengkel menuju Bale RW, rumahnya.

Kemudian kami melihat oven, katel, mesin cetak paving blok. Disana juga terdapat hasil-hasil karya juga panggung yang sepertinya biasanya digunakan untuk pertunjukan kesenian. Beliau memperlihatkan hasil-hasil karya dari pengolahan sampah Bank Sampah Sukamaju Sejahtera. Sebelumnya, di bengkel, beliau mengatakan bahwa ia banyak orang yang menyukai hasil olahan BSS ini. Namun karena pengolahan yang serba manual, mereka kewalahan untuk menerima pesanan-pesanan tersebut. Semua hal manual yang melelahkan itu membuat semangat bekerja mereka menurun. Beliau juga memperlihatkan bahwa banyak orang yang sudah berkunjung untuk belajar membuat paving blok dari plastik. Malah, sebenarnya dulu mereka juga memproduksi bahan bakar dari plastik. Namun tiba-tiba seseorang dengan perawakan besar datang mengancam keselamatan keluarganya apabila melanjutkan pengolahan tersebut. Sungguh ironi.

Kemudian kami dipersilakan duduk, kami menanyakan beberapa hal untuk lebih mengetahui apa yang beliau butuhkan. Beliau mengulang-ulang bahwa bank sampah beliau membutuhkan sarana prasarana. Beliau ingin bisa melakukan seperti apa yang dilakukan oleh sumpih simpih (ini ceritanya menyensor nama brand), yaitu bekerja sama untuk membuat mesinnya untuk mengolah. Aku pun sebenarnya melihat potensi itu pada bank sampah ini. Kemudian ketika ditanyakan apa yang mendukung keberjalanan bank sampah ini, beliau hanya mengatakan bahwa dukungan moril masyarakat, karang taruna, dan istrinya sudah cukup bagi dirinya untuk menjalankan bank sampah ini. Beliau bukan orang yang kaya dengan rupiah yang melimpah, namun hatinya yang kaya. Melihat beliau yang selalu antusias melayani semua orang yang bertanya pada beliau, membuatku sebenarnya ingin sekali membantu beliau dengan segala hal yang aku bisa. Tapi mungkin saat ini aku hanya bisa berdoa dan berusaha.

Data lainnya yang dibutuhkan untuk membuat persona canvas sudah ditulis di lembaran yang lain, mungkin itu sudah cukup. Tulisan ini hanyalah penambah, meskipun isinya lebih banyak perasaan daripada fakta. Aku hanya tidak ingin melupakan bagaimana ketulusan dan semangat beliau dalam mengolah sampah. Juga janji kecil yang kumiliki pada diriku: kalaupun aku tidak akan menjadi orang yang terpandang di masa depan nanti, setidaknya aku dapat bermafaat bagi orang-orang macam beliau.

Untuk Mechaplast
Bandung, 17 April 2021/5 Ramadhan 1442

Komentar