Apa Asyiknya?
Seseorang pernah bertanya padaku, sebenarnya apa asyiknya duduk di majelis ilmu?
Melihat diriku yang seperti ini, mungkin bukan hanya satu orang yang sebenarnya bertanya-tanya tentang hal itu. Untuk apa Mutiara menghilang dari jabatan aktivis yang pernah ia kenakan ketika sekolah dulu? Untuk apa Mutiara tidak terlalu sering mengikuti kegiatan kemahasiswaan kampus? Entahlah pertanyaan mana yang terlintas di pikiran orang-orang, tapi secara dzahirnya memang begitu. Mungkin pertanyaan itu seperti kecoa: ketika terlihat satu, sebenarnya ada banyak.
Sebenarnya aku hanyalah penuntut ilmu kecil, sangat sangat kecil. Tidak apa-apanya apabila dibandingkan dengan ulama terdahulu. Ulama terdahulu sampai mengorbankan banyak hal untuk dapat menuntut ilmu. Ada yang sampai berjalan kaki berkilo-kilometer untuk belajar, ada yang menjual atap rumahnya untuk perjalanan menuntut ilmu, ada yang sampai merelakan dirinya luka-luka demi bisa duduk dekat dengan gurunya. Jauh sekali dengan diriku yang pengorbanannya sedikit sekali dibanding mereka. Semakin penasarankah, mengapa mereka mau untuk berkorban sebanyak itu?
Ketahuilah sahabat, menuntut ilmu yang diwajibkan itu adalah menuntut ilmu syar'i. Mungkin kita semua sudah sering sekali mendengar hadits mengenai menuntut ilmu. Yang diwajibkan pada hadits itu adalah ilmu syar'i. Sedangkan menuntut ilmu dunia adalah hal yang mubah. Sebenarnya sesuatu hal yang mubah itu bisa menghasilkan pahala apabila diniatkan untuk mencari wajah Allah. Tapi apabila hal mubah itu terlalu banyak sampai melalaikan kita dari yang wajib, maka ini menjadi hal yang tidak baik. Permisalannya adalah makan. Makan adalah hal yang mubah. Apabila kegiatan itu diniatkan untuk menegakkan punggung sehingga bisa beribadah lebih banyak lagi, maka akan bernilai pahala. Namun apabila makan itu terlalu banyak, maka ini menjadi hal yang tidak baik karena bisa menyebabkan gangguan kesehatan dan membuat diri semakin berat untuk bergerak.
Menuntut ilmu syar'i itu memang asyik, sahabat. Dalam KBBI, salah satu arti asyik adalah senang. Menuntut ilmu memang asyik, asyik karena merupakan jalan yang mudah menuju surga, asyik karena di dalamnya kita mendapatkan ketenangan. Pernah merasakan ketenangan ketika mendengar seseorang membaca Al-Qur'an dengan suara lirih, meskipun nadanya tidak merdu atau berada di tempat yang berisik oleh bacaan Al-Qur'an? Itulah fitrah kita yang sebenarnya. Diri kita akan merasa tenang ketika disebut nama Rabb yang banyak sekali memberikan nikmat pada hidup kita. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman pada surat ar-Ra'd : 28 ,
أَلَا بِذِكْرِ ٱللَّهِ تَطْمَئِنُّ ٱلْقُلُوبُ
"Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram."
Maka dari itu, menuntut ilmu itu memiliki banyak keuntungan di dunia maupun di akhirat. Itulah salah satu sebab mengapa para ulama begitu bersemangat untuk menuntut ilmu.
Sebab lainnya karena ilmu syar'i itu memang dibutuhkan untuk kehidupan kita. "Begitu banyak hal kontemporer yang terjadi ketika begitu banyak teknologi yang bermunculan, siapa yang akan dijadikan tempat bertanya nanti tentang masalah halal haramnya?", begitulah perkataan ustadzku untuk menyemangati kami menuntut ilmu. Benar sekali perkataan beliau. Bayangkan saja superhero yang memiliki kekuatan khusus untuk menyelamatkan dunia. Kita tidak perlu menjadi superhero, tidak pula harus memiliki kekuatan khusus. Kita hanya harus bersemangat menuntut ilmu untuk kemudian mendakwahkannya untuk menyelamatkan orang-orang dari api neraka.
Kemana tempatmu bertamasya, apalagi ketika pandemi seperti ini? maukah bertamasya ke taman surga? Majelis ilmu merupakan taman surga di dunia, sebagaimana hadits berikut.
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِي اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا مَرَرْتُمْ بِرِيَاضِ الْجَنَّةِ فَارْتَعُوا قَالُوا وَمَا رِيَاضُ الْجَنَّةِ قَالَ حِلَقُ الذِّكْرِ
Dari Anas bin Malik Radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,”Jika kamu melewati taman-taman surga, maka singgahlah dengan senang.” Para sahabat bertanya,”Apakah taman-taman surga itu?” Beliau menjawab,”Halaqah-halaqah (kelompok-kelompok) dzikir.” (HR Tirmidzi, no. 3510 dan lainnya. Lihat Silsilah Al Ahadits Ash Shahihah, no. 2562)
Salah satu majelis dzikir yang dimaksudkan pada hadits ini adalah majelis ilmu.
Maukah kau bertamasya ke taman surga di dunia?
Wallahu a'lam.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Referensi: https://almanhaj.or.id/3001-keutamaan-dan-bentuk-majlis-dzikir.html
Komentar
Posting Komentar