Kau, Aku, dan Sepucuk Angpau Merah : another level of FTV story


FTV atau Film TV biasanya berkisahkan tentang kisah cinta yang tidak biasa, hampir jarang sekali terjadi. Misalnya ada seorang bos yang jatuh cinta dengan office girl yang sedang membersihkan ruangannya tapi pelannya tidak diperas dengan baik sehingga office girl tersebut terpeleset dan jatuh di pelukan bosnya. Cerita macam ini tidak terjadi di novel-novel tere liye -- jelas sekali karena cerita beliau yang selalu berkualitas, menurutku. seminggu terakhir aku membaca novel tere liye yang entah mengapa baru jadi aku baca setelah 5 tahun niat membaca itu tidak dilaksanakan. Pada awal-awal membaca, aku berpikir novel ini seperti cerita FTV, macam cerita pungguk merindukan bulan. Namun setelah halaman terakhir aku baca, ternyata cerita novel ini berbeda derajat dengan cerita-cerita FTV itu. jelas lebih berkualitas novel tere liye.

Novel ini bercerita tentang pemuda berhati lurus di sepanjang tepian Kapuas, Borno. Beliau kehilangan ayahnya ketika berumur sebelas tahun karena tersetrum ubur-ubur ketika jatuh di Kapuas. Ayahnya berwasiat bahwa Borno tidak boleh menjadi nelayan ataupun pengemudi sepit seperti ayahnya. Borno pun mencoba melamar berbagai jenis pekerjaan, sebagai pengeruk karet di pabrik karet sampai pemeriksa tiket di dermaga feri. Tidak ada pekerjaan yang tahan lama untuknya. Kemudian orang-orang terdekatnya menyuruh Borno untuk menjadi pengemudi sepit seperti Bapaknya. Awalnya ia mengelak, namun ia mengerjakan pekerjaan itu dengan sepenuh hati.

Menurutku ada dua inti awal di cerita ini, yaitu Borno yang menjadi pengemudi sepit dan angpau merah yang dengan sengaja dijatuhkan Mei. Dua awal itulah yang kemudian berkembang di cerita ini. Ketika Borno mulai belajar mengemudi sepit, Pak Tua mengenalkan Borno tentang dasar-dasar mesin bakar yang digunakan pada sepit. Ketertarikannya terhadap mesin bermulai dari penjelasan dan buku yang diberikan Pak Tua. Dari bacaan yang diberikan Pak Tua, Borno bisa menimbrung percakapan Andi dan bapaknya ketika hendak memperbaiki mesin sepit Bang Jauhari. Borno pun dipercaya untuk memperbaiki mesin itu dan menemukan bakat yang selama ini terpendam dalam dirinya. Selain itu, angpau merah yang dijatuhkan Mei adalah inti dari perkembangan Mei dan Borno. Awalnya Borno mencari Mei karena menyangka bahwa angpau itu tidak sengaja terjatuh sehingga takut isinya adalah sesuatu yang berharga. Namun ternyata Mei adalah tipe wanita yang disukai oleh Borno, sendu dan menawan. Borno berusaha untuk mengambil antrian sepit nomor 13 setiap pagi agar dapat dinaiki Mei yang hendak pergi magang mengajar di sekolah.

Dua hal itu lah yang terus berkembang dan menjadi hal yang menakjubkan. Awalnya kupikir, Borno ini tidak akan diterima oleh keluarga Mei karena ia hanya pengemudi sepit, keluarganya pun pas-pasan. Sedangkan Mei adalah mahasiswa, rumahnya besar. Jika melihat realita, dengan keadaan Borno yang seperti itu, ia tidak akan dapat diterima oleh keluarga Mei karena pekerjaan Borno yang tidak meyakinkan. Borno kemudian suka menunggu giliran sepit sambil membaca buku tentang mesin, mengambil sambilan sebagai montir di bengkel bapak Andi. Itu adalah titik dimana keadaan Borno mulai berubah. 

Perkembangan hubungan Borno dengan Mei juga tidak terprediksi. Awalnya Mei dikenal sebagai guru, ternyata ia masih magang dan masih berkuliah di Surabaya. Pak Tua jatuh sakit dan harus menjalani pengobatan di Surabaya, Borno bisa bertemu dengan Mei lagi di Surabaya. Setelah Borno pasrah dengan kembali ke Pontianak, ternyata Mei telah lulus dan menjadi guru lagi di Pontianak. Setelah mereka dekat, Mei mengajak untuk berkeliling Pontianak, tapi ia mengingkari janjinya sendiri. Setelah Borno menjual sepit, bekerja di bengkel, singkat cerita Mei suka datang ke bengkel membawakan makan siang. Mei menemani Borno mempromosikan bengkelnya. Kemudian keesokan harinya Mei mengatakan bahwa mereka seharusnya tidak pernah saling mengenal.

Di tengah pertikaian Borno dan Mei, muncullah Sarah, seorang dokter gigi yang cantik. Ia ternyata sudah lama mencari Borno dan keluarga karena telah berbaik hati memberikan jantung untuk bapaknya. Ternyata dari kejadian itu, tumbuh dua perempuan dengan karakter yang berkebalikan. Sarah tumbuh menjadi wanita yang ceria karena ayahnya telah diselamatkan dulu. Sedangkan Mei tumbuh menjadi wanita yang pemurung, ternyata ibunya lah yang membelah dada bapaknya Borno. Sejak hari itu ibunya dihujani perasaan bersalah. Perasaan itu juga yang membuat Mei selalu merasa bersalah di depan Borno. Fakta tentang kisah ibunya Mei itu diketahui oleh Borno pada angpau merah yang selama ini tidak ia buka, ternyata isinya adalah surat pengakuan Mei.

Sebenarnya aku tidak mengerti akhir dari novel ini, Borno sedang menunggu antrean sepit sambil membaca buku. Ia sedang mempersiapkan ujian, ia menjadi mahasiswa program ekstensi Prodi Teknik Mesin di Universitas Pontianak. Ia pun ditanyakan tentang kabar bengkelnya, ternyata sudah membuka cabang di jalan utama di Pontianak. Ia juga ditanyakan tentang Mei, ternyata ia telah memperjuangkan cintanya itu, menjelaskan bahwa meskipun masa lalu itu sudah diketahui Borno, itu tidak merubah perasaan Borno. Hal ini bisa diterima, karena Borno sudah terlihat siap untuk menjadikan Mei sebagai pendamping hidupnya.

Meskipun novel ini adalah novel tere liye paling kocak yang pernah aku baca, namun pelajaran yang dapat kuambil amat banyak. Aku lebih terfokus dengan cara Borno meningkatkan derajat hidupnya. Hal yang aku suka pada novel-novel tere liye adalah semua tokohnya gemar untuk belajar--setidaknya beberapa novel yang pernah aku baca. Latar belakang tempat yang merupakan Kapuas membuatku seolah-olah sedang berada di sana, menghilangkan rasa bosanku di kota tempat ku berada yang membosankan ini. Sungguh novel mengesankan yang kubaca di tengah masa perkuliahan ini.

tambahan: fakta bahwa Mei adalah anak magang, mengingatkan aku pada laporan yang harus segera diselesaikan ^^


Bandung, 17 September 2021

Komentar