Sepercik Hikmah di Genangan Banjir
Musim berganti
Tahun berganti
Hujan yang waktu itu pernah dinanti, sekarang malah
menumbuhkan kekhawatiran di hati.
Air pun memanjat, seperti ingin ikut melihat lantai dua rumah. Manusia pun panik. Ia ingat bahwa
dirinya tidak mampu bernapas dalam air. Dicarinya tempat tertinggi yang ia
dapati pada rumahnya. Ia pun naik ke atap rumahnya, menyelamatkan diri.
Sesampainya disana, ia lumayan merasa lega, setidaknya nyawanya terselamatkan.
Ia pun baru terpikirkan hal lain.
Mobil-mobil ku yang
berada di basement. Uang bermiliar rupiah di laci. Furnitur jati berpuluh juta
di ruang tamu. Semua barang-barang mewah ku.
Semua kekayaannya itu tidak membantunya sama sekali pada
saat ia kesusahan. Kekayaannya hanya pasrah dalam genangan air itu. Dirinya sendiri
pun tidak memiliki kekuatan untuk menyelamatkan semua hartanya. Waktunya, habis
untuk dapat memiliki itu semua. Tenaganya, terkuras untuk suatu hal yang
ternyata, Nyatanya, F a n a.
Lalu apa yang ia butuhkan di saat saat seperti ini? Ia membutuhkan
tempat bergantung. Ia membutuhkan yang dapat mengabulkan doa-doanya, permintaannya.
Tidak banyak yang ia minta sebenarnya, namun dalam keadaan seperti ini, sepertinya
tetangganya pun sedang sibuk menyelamatkan diri sendiri. Ia pun tersadar, ia
hanya membutuhkan Allah, Yang Maha Memiliki Kekuatan. Manusia itu pun tersadar,
kemudian merasa malu.
Kemana saja aku selama
ini? Maafkan aku Ya Rabb, ampuni aku.
Ia berkata lirih. Lalu memanjatkan doa dengan sepenuh hati pada
Allah, untuk memberikannya kesempatan untuk hidup, meminta agar ada yang
mengevakuasinya dari situasi ini. Ia menatap langit, mengangkat tangan, ia sadar
bahwa tidak ada tempat bergantung dan meminta pertolongan selain kepada Allah,
rabbul ‘alamin.
لاحول ولاقوة الا بالله العلي
العظيم
Semoga bencana yang melanda saudara kita dapat menjadi
peluntur dosa juga membuat kita banyak bermuhasabah
Riung, Bandung
Komentar
Posting Komentar