Tersenyumlah

 Menjadi pemurung ternyata melelahkan. Dunia terlihat gelap. Kemana mata memandang, disana ada kesedihan. Padahal yang dipandang hanyalah kucing yang mengeong. Otot-otot wajahpun menjadi kaku, keriput bertambah karena wajah terus-menerus berkerut. Pandangan selalu melihat ke tanah, pikiran yang sudah gelap, bertambah gelap karena warna tanah yang gelap. Padahal warna tanah yang gelap adalah kebahagiaan petani. Kalaupun melihat ke langit, pikiran pun semakin kelam karena langit yang mendung hendak hujan. Padahal langit yang mendung adalah kebahagiaan bagi ahli kualitas udara karena udara akan bersih karena hujan. Ah, pantas saja tidak ada penduduk surga yang murung.

Ada saatnya murung itu diperlukan. Ketika kau dengar berita duka, itulah saatnya murung diperlukan. Tidak mungkin ceria pada waktu itu. Ketika kau mendengar ayat-ayat tentang neraka, maka itulah saatnya kau murung bahkan tersungkur dalam kesedihan karena mengingat azab-Nya yang menakutkan. Tidak ada yang melarangmu untuk murung. tapi percayalah, murung itu melelahkan. Sekarang aku tanyakan pertanyaan yang mengecoh: ketika dompetmu dicuri, apakah itu saat yang tepat untuk murung?

Terkadang kita murung pada saat-saat yang tidak tepat. Hal ini terjadi karena kita hanya melihat sesuatu hanya yang berada di depan mata kita saja. Hidup kita penuh dengan masalah, sampai-sampai kita terbiasa dengan masalah itu. Contohnya adalah ketika lapar. Tidak perlu murung ketika lapar melanda karena ia akan hilang setelah makan. Ketika muncul perasaan ingin buang air pun tidak perlu murung karena ia akan hilang setelah membuangnya. Karena kita sudah terbiasa dengan masalah itu, maka Allah memberikan masalah yang lebih besar lagi agar kita semakin expert dalam menyelesaikan berbagai masalah hidup.

Kembali ke pertanyaan mengecoh tadi: ketika dompet dicuri, apakah itu saat yang tepat untuk murung? sebenarnya sah-sah saja untuk murung. Semua yang merasakan pasti merasakan kesedihan. Namun ingatlah bahwa menjadi pemurung itu melelahkan. Maka ingatlah hikmah dibalik kejadian tersebut. Ingatlah bahwa Allah akan menggantikan apa yang hilang dengan yang sama atau yang lebih baik. Ingat saja bahwa akan ada yang lebih baik yang menanti kita di masa depan ketika kita ikhlas saja menerima apa yang terjadi. Dengan ikhlas menerima keadaan, Allah akan melapangkan hatimu sehingga dirimu tidak murung. Menjadi pemurung hanya membuat dirimu selalu terpikir sesuatu yang negatif dan menghindari dirimu dari hal yang positif. Maka dari itu, murung itu boleh asal di waktu yang tepat dan jangan senyum-senyum tanpa sebab, nanti malah dibawa ke rumah sakit jiwa!


Bandung, Margahayu

7 Januari 2020

Komentar