Tentang Mimpi
Menurutku, mimpi terbesar bangsa ini yang terwujud adalah kemerdekaan.
Telah berabad-abad lamanya, mungkin karena saking lamanya, anak-anak yang terlahir menyangka bahwa bangsa ini memang terlahir untuk menjadi budak bangsa penjajah. Darahnya tidak dihargai, haknya diinjak-injak, dianggap rendah, dianggap hina, dibiarkan kebodohan mengakar. Pistol-pistol yang diacungkan setiap kali kita mencoba untuk melawan nampak mustahil dilawan oleh sekadar bambu runcing dan parang yang kita lemparkan. Hukum semena-mena yang sengaja dibuat untuk menzalimi setiap insan bangsa ini, dibuat untuk membuat kita semakin tunduk di bawah kehinaan. Perempuan-perempuan yang dirusak kehormatannya, Lelaki-lelaki yang tertumpah darahnya di bumi, rasanya seperti tiada hentinya. Gelap sekali, seakan berada di goa yang tiada ujungnya.
Dalam kegelapan itu, muncul pemuda terpelajar yang akhirnya mengetahui bahwa kita semua juga manusia yang berhak untuk hidup nyaman di atas tanah sendiri, manusia yang berhak untuk dihargai keberadaannya. Ia memiliki mimpi yang besar, mimpi yang mungkin tidak dipercaya oleh banyak orang, yaitu kemerdekaan. Awalnya ia hanya dianggap sebagai cahaya kecil yang menembus dinding goa. Ternyata ia membesar, membesar, hingga memenuhi seluruh goa itu. Tidak hanya satu, ternyata banyak pemuda yang memiliki pemikiran yang sama. Mereka mengetahui bahwa bambu, parang, celurit, pedang tidak cukup untuk melawan para penjajah. Yang membuat mereka istimewa adalah keberaniannya dan taktik yang dibuat atas pengetahuan yang mereka miliki.
Mereka adalah cahaya-cahaya yang membuat bangsa ini--atas izin Allah--menemukan jalannya untuk sampai pada apa yang selama ini diimpikan--kemerdekaan. Sungguh banyak darah tertumpah, sungguh mahal harganya, sungguh tidak akan terjadi kecuali atas pertolongan Yang Maha Kuasa. Belum berabad-abad lalu padahal cerita perjuangan itu terjadi, namun mudah sekali pemuda zaman ini untuk menyerah--termasuk aku. Padahal matahari belum terbit disini, cahaya yang dibawa para pejuang itu hanyalah cahaya fajar yang membuat kita terbangun. Cahaya itu hanyalah permulaan agar kita dapat memulai.
Mimpi besar apa lagi yang hendak kita capai? kita pernah sukses mengusir penjajahan dari tanah ini, hal yang pada awalnya terasa mustahil. Mimpi apa yang masih bisa kita capai selain untuk diri kita sendiri? kita terlalu sibuk untuk menyejahterakan diri sendiri hingga lupa bahwa ada jiwa yang layak untuk kita sejahterakan pula. Mimpi apa yang masih kita miliki sebagai bentuk syukur atas hal yang kita miliki? bentuk syukur yang dapat kita lakukan adalah menyebarkan manfaat atas nikmat yang diberikan pada kita.
Engkaulah berkas-berkas cahaya itu?
Pengingat diri
Bandung, 14 Oktober 2021
Komentar
Posting Komentar